Kamis, 08 Desember 2011

RI Jadi Tuan Rumah Entrepreneurship ASEAN

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu Foto: Koran SI
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu Foto: Koran SI
JAKARTA - Indonesia akan menjadi tuan rumah ASEAN Regional Entrepreneurship Summit (RES) yang akan dilaksanakan di Bali pada 22-24 Juli 2011. Pemerintah akan bekerja sama dengan Chairman Global Entrepreneurship Program Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu saat konferensi pers, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (13/7/2011).

Menurutnya, program RES tersebut merupakan kelanjutan dari Entrepreneurship Summit yang dilaksanakan di Washington DC, April 2010 lalu.

Pelaksanaan RES kali ini berbarengan dengan Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI), Kemendag sebagai perwakilan dari pemerintah Indonesia, selain itu bekerja sama dengan Global Entrepreneurship Program (GEP) dari US State Departement.

"Kami senang dapat bekerja sama dengan GEPI, dan kami mendukung tumbuh kembangnya kewirausahaan di Indonesia dengan menciptakan iklim yang kondusif, terutama bagi entrepreneurmuda," ungkap Menteri Perdagangan.

Dengan adanya RES tersebut diharapkan dapat membangun jaringan diantara para entrepreneur di Indonesia, "Jaringan kerjasama antara enterpreneur Indonesia perlu dibangun dan dikembangkan, sehingga nantinya dapat mengatasi permasalahan kerirausahaan yang ada," tutupnya. (and)

Selasa, 11 Oktober 2011

GEPI Perkenalkan Pebisnis Indonesia di ‘Dunia Luar’

Friday, June 17th, 2011

oleh : Ellizar Zachra P.B
Ranah bisnis Indonesia sangatlah ‘basah’ dan hampir bisa disejajarkan dengan Cina maupun India. Karena itu, diperlukan wadah yang memungkinkan para pebisnis ‘muda’ untuk berlomba-lomba bersaing di dalam negeri maupun ranah global. Karena itu, GEPI berambisi menjadi payung yang mewadahi keinginan pengusaha untuk berkembang.
Pernyataan tersebut diungkapkan Chairman Global Enterpreneurship Program Indonesia (GEPI), Chris Kanter, saat ditemui di Graha BIP, Jakarta. GEPI dibuat untuk memperkuat pertumbuhan kewirausahaan di Idnonesia dan menjadi katalisator dalam strategi kewirausahaan di Indonesia. “Indonesia merupakan negara yang sangat berpotensi utnuk berkembang pesat menyaingi India dan China. Kita memiliki SDM yang berkualitas, konsumen yang sangat banyak terkait tingginya jumlah penduduk di Indonesia serta pemerintah yang mendukung.”
Chris tidak menampik keberadaan masalah yang menghalangi pebisnis untuk berkembang seperti masalah infrastruktur, jaringan telekomunikasi, transportasi dan lainnya. Meskipun begitu, ia menolak jika alasan ini dijadikan ‘tameng’ yang menghalangi masyarakat untuk turut serta di dunia korporat. “Saya percaya bahwa jika calon pebisnis ini punya kemauan keras, mereka bisa mendapatkan apapun di Indonesia. Jika diibaratkan, pemerintah tidur pun, pertumbuhan ekonomi kita bisa mencapai 5,5%,” kata Chris sambil tertawa.
GEPI, secara spesifik, ingin membuka kesempatan global bagi wirausaha Indonesia untuk tumbuh dan bermitra dengan program-program yang sudah ada. Selain itu, diharapkan wirausahawan Indonesia meraih prospek investasi global. Chirs mengakui, sebagai salah satu dari 13 pengusaha yang mendirikan GEPI, organisasi ini merupakan ‘cerminan’ dari Global Enterpreneurship Program (GEP) yang ada di Amerika Serikat dan Mesir. “Namun kami berharap, contoh menarik di GEP Amerika Serikat dan Mesir bisa menjadi gambaran betapa potensialnya program ini bagi pebisnis yang ingin berkembang.”
Nama-nama ‘besar’ di balik usaha meningkatkan iklim bisnis di Indonesia melalui GEPI adalah Ciputra dari Ciputra Group, Jakob Oetama dari Kompas Gramedia Group, Chris Kanter dari sigma Sembada Group, Shinta Widjaja Kamdani dari Sintesa Group, Giuseppe Nicolosi dari Ernst & Young Indonesia, Ananda Siregar dari PT. Graha Layar Prima, Eddy Sariaatmadja dari PT Surya Citra Televisi, Erwin Aksa dari Bosowo Group, Jaka A. Singgih dari Bumi Laut Group, Rachmat Gobel dari PT Panasonic Gobel Indonesia, Setyono Djuandi Darmono dari TP Jababeka, Tbk, Sudhamek WS dari Garudafood Group serta Theodore Permadi Rachmat dari Tri Putra Group.
Terdapat enam program utama GEPI yaitu identifikasi wirausahawan yang berpotensi, pelatihan bagi wirausahawan, menghubungkan para wirausahawan, permodalan bagi wirausahwan, mendorong kebijakan dan aturan yang mendukung wirausaha serta merayakan kesuksesan wirausaha. “Pada dasarnya, kami ingin para pengusaha lokal menjadi ‘raja’ di negeri sendiri,” kata Chris sambil tersenyum.
Terbaru, Global Entrepreneurship Program Indonesia [GEPI], bermitra dengan Global Entrepreneur Program yang bernaung dibawah US State Department, menyelenggarakan dua event internasional di bulan Juli yaitu GEP Entrepreneurship Delegation [EDEL] and Regional Entrepreneurship Summit [RES]. Dengan Menteri Perdagangan, Dr. Mari Pangestu, bertindak sebagai tuan rumah, Regional Entrepreneurship Summit [RES] US direncanakan akan menghadirkan US Secretary of State, Hillary Rodham Clinton sebagai keynote speaker.
Event pertama GEP Entrepreneurship Delegation [EDEL], akan diselenggarakan pada 19 – 21 Juli 2011 di Jakarta. Saat itu, investor dan mentor dari Indonesia dan Amerika Serikat akan melihat dan mempelajari rencana bisnis dari para wirausahawan Indonesia. GEP EDEL juga akan berperan sebagai platform yang mempertemukan usaha rintisan Indonesia yang menjanjikan dengan para delegasi untuk lebih lanjut mendiskusikan investasi.
Selama program GEP EDEL, 32 usaha rintisan dari sektor Tech dan Non-Tech – yang berada dalam kategori Early Stage dan Growth Stage – akan mengajukan proposal kepada para Delegation. Mereka terdiri dari investor terkemuka dari Amerika Serikat dan akademisi yang berkomitmen untuk memberi waktu luang mereka untuk terlibat dalam program ini dan secara suka rela berkunjung ke Indonesia dengan dana mereka sendiri. Diorganisir oleh GEP dari US State Department, para anggota delegasi ini akan memilih 8 finalis untuk menghadiri event yang kedua yaitu Regional Entrepreneurship Summit [RES] yang diselenggarakan di Bali pada 22 – 24 Juli 2011.
Nama-nama anggota delegasi dari AS adalah:
  1. Arthur Benjamin – Serial entrepreneur and investor, focusing on the media and education industries; Chairman and CEO of DataMark; President and CEO of ATI
  2. Seth Goldstein – Serial entrepreneur (Roots Markets, Stickybits, Sitespecific, Majestic Research), Entrepreneur in Residence at Flatiron Partners; reputed creator of the term “social media” and renowned Silicon Valley mentor and blogger
  3. Yao-Hui Huang – Co-founder of New York City-based incubator The Hatchery; PhD from Rutgers College of Pharmacy
  4. Jalak Jobanputra – Early stage investor in a number of funds; Director at Omidyar Network; Principal at New Venture Partners; Advisor for Techstars, NYC SeedStart, The Indus Entrepreneurs, Echoing Green and Astia
  5. Luda Kopeikina – Serial entrepreneur and member of Golden Seeds Angel Group; Founder and CEO of BioEnergy Planet; CEO of Celerity Solutions; Advisor to Jack Welch, Chairman of General Electric; Board Member of MIT Enterprise Forum; Author of “The Right Decision Every Time:  How to Reach Clarity on Tough Decisions
  6. Kevin Langley – Chairman Elect of Entrepreneur’s Organization; current CEO of Ellis Construction
  7. John May – Founder and Chair Emeritus of the Angel Capital Association of America; Managing Partner of New Vantage Group
  8. Loretta McCarthy – Managing Director of Golden Seeds; investor in early stage companies; former Executive Vice President of Oppenheimer Funds
  9. Shervin Pishevar – CEO of SGN (a leading social and mobile gaming company); angel investor in Aardvark, Thread.com, Gowall, and Kissimetrics
  10. Shoba Purusthanam – Founder of Training Ventures
  11. Jonathan Smith – Founder and President of Wave Dispersion Technologies (ranked by Inc. Magazine as one of America’s fastest growing companies based on 1000% sales growth)
  12. Faysal Sohail – Managing Director of CMEA Capital (one of the leading Silicon Valley venture capital firms); Board Member of AirTight Networks, Applied Wave Research, Danotek Motion Technologies, EvolutionRobotics, Multigig, and Pyxis Technology; Chairman of Silicon Valley Education Foundation
  13. Naeem Zafar –Faculty Member at University of California, Berkeley Haas School of Business;  President and CEO of Bitzer Mobile; CEO of Concordia Ventures; Author of “7 Steps to a Successful Startup”.

Rahasia Sukses ialah Tahu Kapan ‘Berhenti’

Sunday, June 12th, 2011

oleh : Siti Ruslina

Sebagai Country Manager PT Multiply Indonesia, Daniel Tumiwa tampak sudah banyak menelan ‘asam’ kehidupan. Pria kelahiran 1970 yang sempat malang melintang di dunia media diantaranya Majalah Mode dan Radio Oz mengaku memiliki filosofi unik untuk meraih sukses yaitu tahu kapan harus berhenti.
Daniel Tumiwa menyadari bahwa salah satu cara meraih kesuksesan adalah tidak pernah puas dan menunjukkan eksistensi dri. Namun menurutnya, agar kebahagiaan itu tidak ’serakah’, manusia harus tahu kapan berhenti untuk mengeruk keuntungan dan merasa berkecukupan. “Selain itu, kita harus memberikan berkah bagi banyak orang. Makanya dari dulu sampai sekarang, setiap bekerja, saya harus bisa mengukur kemampuan dan mencari tahu apakah saya bisa memberikan kontribusi ke pekerjaan ini atau tidak,” kata Daniel Tumiwa.
Pengalamannya di industri musik dan memiliki jaringan media yang cukup memadai membawanya ke MTV Asia. Ia memahami bagaimana menangani pekerjaan media dan ia memiliki wawasan tinggi di bidang musik. Tahun 1996 ia bekerja di MTV Indonesia sampai tahun 2000. Ada satu situasi yang membuatnya harus meninggalkan MTV karena perusahaan asal AS ini akhirnya memindahkan basisnya di Philipina. Saat itu, MTV mulai terancam dengan kehadiran Star TV asal Singapure yang akhirnya memilih hadir di Philipina. Gerah tak ada yang bisa dilakukan di MTV karena semua televisi musik memindahkan kegiatannya ke Philipina, ia pun akhirnya memilih mundur teratur.
Lepas dari MTV ia mencoba pindah kuadran sebagai enterpreneur dengan membangun situs countestonly.com. Situs ini berisi kuis-kuis yang terkait dengan produk sponsor. Dari sini sponsor mendapatkan data riset pasar. Door to door ia mencari sponsor yang bersedia mendanai proyeknya. Sampai ada sekelompok individu yang tertarik dengan idenya dan Daniel berhasil mengumpulkan dana USD 1,8 juta.
Sebagai seorang pengusaha, Daniel percaya bahwa ternyata, tim itu nomor satu. Kedua adalah masalah cashflow dan ketiga, pendiri perusahaan harus merekrut orang-orang terbaik di sekeliling, terutama pekerja di lapis kedua dan ketiga. founder merektur orang-orang terbaik di sekelilingnya terutama di posisi lapis kedua dan ketiga. Pelajaran yang bisa diambil menurutnya adalah kemutlakan pemahaman atasbackground platform. Daniel mengaku kapok menjadi enterpreneur di saat ia merasa ragu. Meskipun, Daniel merasa tidak pernah menyesal atas apa yang ia alami.
Setelah merasakan banyak pengalaman untung rugi berbisnis, Multiply datang dan menawarkan posisi yang cukup dihargai sebagaicountry manager. Diakuinya, ia bosan bekerja di tempat dimana ia harus mengikuti apa yang diinginkan pemilik perusahaan. Menurutnya, Multiply besar di Indonesia dan Philipina. Ia memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi dan memiliki kewenangan untuk set up system. Pendekatan yang dilakukan pemilik situs jejaring sosial ini, menurut Daniel, sangat menghargai profesionalisme orang-orang di dalamnya.
Daniel mengungkapkan kiatnya dalam menjalani peran sebagai profesional maupun enterpreneur yakni, nomor satu adalah kreativitas. Ia mengakui bahwa banyak orang mengaku kreatif. Namun, kreatif pada dasarnya tidak hanya menemukan satu hasil proses kreatif, tetapi juga harus bisa memikirkan keseluruhan proses kreatif hingga selesai. Seseorang yang kreatif harus bisa membayangkan end productseperti apa, bagaimana respon masyarakat dan lainnya. (Acha)

Ingkatkan Minat Wirausaha Masyarakat, Indosat Gelar IWIC 2011

Friday, May 20th, 2011

oleh : Ellizar Zachra P.B

Menyambut Hari Kebangkitan Nasional yang bertepatan pada 20 Mei, Indosat kembali menggelar Indosat Wireless Innovation Application Contest (IWIC) ke-6 tahun 2011 yang dengan tema “Inovasi Aplikasi untuk Wujudkan Enterpreneurship”. IWIC 2011 mengajak seluruh generasi muda untuk bangkit dan kembali berkreasi dan berinovasi di bidang aplikasi wireless agar Indonesia mampu hadir dalam kancah dunia wireless global, sesuai dengan semangat Kebangkitan Nasional.
“Kami mengajak seluruh masyarakat, khususnya generasi muda, untuk berkiprah dan menjadikan ajang IWIC sebagai titik kebangkitan inovator muda berlomba menciptakan karya kreatif dan inovatif bidang teknologi wireless yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Sesuai dengan tema IWIC 2011, kami juga ingin menumbuhkan jiwa enterpreneurship di industri telekomunikasi, yang diharapkan dapat merubah paradigma kita dari masyarakat pengguna menjadi masyarakat yang produktif, kreatif, dan inovatif,” ujar Laszlo Imre Barta,Director & Chief Commercial Officer Indosat.
Setelah 5 tahun berturut-turut menarik minat generasi muda dan masyarakat untuk berinovasi di bidang teknologi wireless, IWIC 2011 bertujuan tidak hanya mendorong generasi muda untuk kreatif dan inovatif, tetapi juga menumbuhkan kemampuan enterpreneurship(kewirausahaan) dalam industri telekomunikasi, sehingga industri wireless Indonesia bisa bangkit dan berkiprah di pasar wireless global.
Pengembangan inovasi aplikasi yang dikompetisikan dalam IWIC 2011 dapat menggunakan BlackBerry, Android dan device lainnya. Kompetisi aplikasi untuk pengembangan aktifitas komersial, seperti aktifitas mobile advertisingmobile tracking & navigationmobile payment,mobile learning, maupun terkait dengan kegiatan traveler/roaming, masuk dalam kategoriBusiness & Commerce.
Sedangkan kompetisi aplikasi untuk pengembangan terkait games atau permainan yang atraktif dan interaktif, jejaring sosial (social networking), instant messagingvideo messaging dan lain-lain, masuk dalam  kategori Games & Entertainment.
Sementara itu terdapat kategori baru di tahun 2011 yaitu kategori khusus Ibu dan Anak, yaitu kompetisi aplikasi yang mendukung pembelajaran bagi Ibu dan Anak dari berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, hobi, dan lain-lain. Sedangkan kategori khusus Olahraga adalah kompetisi aplikasi yang berhubungan dengan kegiatan dan informasi di dunia olah raga yang menggunakan teknologi wireless sebagai pendukungnya.
Memasuki 6 tahun kehadirannya, IWIC mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat, tidak hanya dari jumlah peserta yang terus meningkat, namun juga penghargaan yang diberikan berbagai pihak, seperti Selular Award untuk The Best CSR Program (2007, 2008, 2011), Broadband Award untuk The Best CSR Program (2009, 2010), PR Program of The Year Award 2009 dari Mix Magazine, serta Golden Ring Award 2010 untuk kategori Best CSR Program.